Component Reusable Itu Mirip Outfit Thrift: Murah, Keren, dan Sustainable

Component Reusable Itu Mirip Outfit Thrift: Murah, Keren, dan Sustainable
Rizal MaddrendRizal Maddrend
Tags
Software EngineeringUI/UX DesignReactJS
KategoriFrontend Development
Tanggal Terbit20 September 2025

Kenapa Bikin Website Itu Seharusnya Kayak Mix-and-Match Baju, Bukan Jahit dari Nol Terus?

Bro, lo suka thrifting? Ada sebuah kepuasan batin yang unik kan saat lo berhasil menemukan sebuah jaket denim vintage yang keren, kemeja flanel dengan motif yang pas, atau sepatu kulit berkualitas tinggi dengan harga yang sangat miring di sebuah thrift shop. Barang-barang ini bukan cuma hemat di kantong. Mereka punya karakter, kualitasnya seringkali masih sangat bagus, dan yang terpenting, lo bisa dengan mudah me-mix-and-match satu jaket thrift dengan puluhan outfit lain yang sudah ada di lemari lo. Hasilnya: hemat, gaya, dan lebih ramah lingkungan.

Sekarang, gimana kalau gue bilang, cara para developer modern membangun antarmuka (interface) website dan aplikasi yang canggih itu filosofinya mirip banget sama thrifting?

Selamat datang di dunia component-based development, bro. Ini adalah sebuah revolusi—meskipun sudah berjalan beberapa tahun—di dalam dunia Software Engineering, khususnya Frontend Development, yang secara fundamental mengubah cara kita membangun produk digital. Pendekatan ini menggantikan cara lama yang lambat, repetitif, dan boros (ibarat harus menjahit setiap baju dari nol) menjadi sebuah proses "rakit-merakit" yang super cepat, efisien, dan konsisten.

Di artikel super panjang ini, kita akan bedah tuntas konsep reusable component atau komponen yang bisa dipakai ulang ini dengan menggunakan analogi yang asik dan mudah dipahami: thrifting. Kita akan lihat kenapa pendekatan ini jauh lebih "murah" (efisien), kenapa hasilnya bisa lebih "keren" (konsisten dan berkualitas tinggi), dan kenapa ia jauh lebih "sustainable" (mudah dirawat dan dikembangkan) dalam jangka panjang. Dan tenang saja, lo nggak perlu jadi seorang coder untuk bisa memahami konsep brilian di baliknya.

Dunia Sebelum "Thrifting": Era Menjahit Setiap Baju Satu per Satu (Monolithic Frontends)

Untuk bisa mengapresiasi keindahan dari sebuah inovasi, kita harus paham dulu masalah apa yang coba ia selesaikan. Sebelum era komponen, membangun antarmuka website itu seperti menjadi seorang penjahit yang harus membuat setiap pesanan baju dari nol.

Setiap Halaman Dibuat dari Awal dengan Susah Payah

Bayangkan setiap kali lo mau membuat sebuah baju, lo harus selalu mulai dari proses menenun kainnya, membuat polanya, memotong kainnya, lalu menjahitnya bagian per bagian. Sangat repetitif dan melelahkan. Nah, di dunia pengembangan web zaman dulu, prosesnya kurang lebih seperti itu.

Setiap halaman website—misalnya halaman Beranda, Tentang Kami, Produk, dan Kontak—kodenya akan ditulis dalam file-file yang terpisah dan seringkali dari nol. Meskipun ada banyak sekali elemen visual yang sebenarnya sama persis di setiap halaman (seperti bagian header di atas, bagian footer di bawah, atau tombol-tombol), para developer seringkali harus menulis ulang kode untuk elemen-elemen tersebut di setiap file halaman.

Bencana Inkonsistensi yang Tak Terhindarkan

Apa akibat dari proses "menjahit manual" yang berulang-ulang ini? Inkonsistensi. Karena kode untuk tombol "Beli Sekarang" di halaman Beranda dan di halaman Produk ditulis di file yang berbeda, sangat mungkin terjadi perbedaan. Mungkin warna birunya sedikit berbeda. Mungkin ukuran padding-nya selisih beberapa pixel. Mungkin jenis hurufnya tidak sama.

Bagi pengguna biasa, perbedaan-perbedaan kecil ini mungkin tidak terlalu kentara. Tapi secara kolektif, inkonsistensi ini akan menciptakan sebuah pengalaman pengguna (UI/UX Design) yang terasa "berantakan", tidak profesional, dan tidak kohesif.

Proses Perawatan yang Bikin Sakit Kepala dan Sakit Hati

Inilah mimpi buruk yang sesungguhnya. Bayangkan suatu hari, tim marketing atau tim desain datang dengan sebuah permintaan: "Kita mau ganti warna semua tombol utama di website dari biru menjadi hijau untuk menyesuaikan dengan branding baru."

Di dunia "jahit manual", permintaan sederhana ini bisa menjadi pekerjaan yang sangat mengerikan bagi tim developer. Mereka harus secara manual membuka puluhan, atau bahkan ratusan, file halaman satu per satu, mencari setiap baris kode yang mendefinisikan tombol, lalu mengubah warnanya. Proses ini tidak hanya sangat memakan waktu, tapi juga sangat rentan terhadap kesalahan manusia (human error). Mungkin ada satu atau dua tombol yang terlewat untuk diubah.

Lahirnya Filosofi "Thrift Shop": Apa Itu Sebenarnya Reusable Component?

Merasa muak dengan semua masalah di atas, komunitas developer, yang dipelopori oleh library revolusioner seperti ReactJS dari Facebook, memperkenalkan sebuah paradigma baru: component-based development.

Memecah Baju Menjadi Balok-balok LEGO

Ide dasarnya sangatlah brilian dan sederhana. Alih-alih melihat sebuah halaman website sebagai satu kesatuan monolitik yang besar, pendekatan ini "memecah" seluruh antarmuka pengguna menjadi potongan-potongan kecil yang independen, logis, dan bisa digunakan kembali. Potongan-potongan inilah yang kita sebut sebagai komponen.

Ini seperti mengubah cara pandang dari "baju" menjadi "balok-balok LEGO". Ada balok untuk lengan, balok untuk kerah, balok untuk kancing. Lo bisa merakit balok-balok ini untuk membuat sebuah kemeja. Dan besok, lo bisa menggunakan balok "kancing" yang sama persis untuk membuat sebuah jaket.

Anatomi dari Sebuah Komponen Digital

Jadi, seperti apa wujud dari sebuah "balok LEGO" atau komponen ini di dunia kode?

  • Contoh Komponen Sederhana: <Button /> Sebuah komponen "Tombol" bukanlah lagi sekadar sebuah teks bertuliskan "Beli Sekarang" yang dibungkus dengan tag HTML. Ia adalah sebuah "paket" atau kapsul yang mandiri, yang di dalamnya sudah berisi tiga hal:
    1. Struktur (HTML/JSX): Mendefinisikan elemen-elemen dasar dari tombol tersebut.
    2. Gaya (CSS): Mendefinisikan bagaimana tampilan tombol itu—warnanya, ukurannya, bentuk sudutnya, efek saat di-hover.
    3. Logika (JavaScript): Mendefinisikan apa yang akan terjadi saat tombol itu diklik.
  • Contoh Komponen yang Lebih Kompleks: <ProductCard /> Komponen juga bisa disusun dari komponen-komponen lain yang lebih kecil. Sebuah komponen "Kartu Produk", misalnya, mungkin di dalamnya menggunakan komponen <Image /> untuk menampilkan gambar, komponen <Title /> untuk nama produk, dan komponen <Button /> yang sudah kita buat tadi untuk tombol "Tambah ke Keranjang".

Mulai Merakit Halaman dengan Cepat

Dengan semua "balok LEGO" ini tersedia di dalam "kotak mainan" (yang biasa disebut Component Library), proses untuk membuat sebuah halaman website baru menjadi sangat berbeda. Developer tidak lagi perlu "menjahit dari nol". Dia hanya perlu berperan sebagai seorang arsitek atau stylist.

Untuk membuat halaman "Daftar Produk", dia tinggal "mengambil" komponen <Header /> dari lemari, lalu mengambil beberapa komponen <ProductCard /> dan menampilkannya secara berulang, dan terakhir, menutupnya dengan komponen <Footer />. Proses yang tadinya memakan waktu berhari-hari, kini bisa selesai dalam hitungan jam.

Kenapa Pendekatan Ini "Murah"? (The Efficiency Argument)

Sama seperti thrifting yang hemat di kantong, pendekatan komponen ini juga sangat "murah" dalam konteks sumber daya bisnis.

  • Waktu Pengembangan yang Jauh Lebih Cepat: Ini adalah keuntungan yang paling jelas. Developer tidak perlu lagi menciptakan ulang roda di setiap proyek baru. Menurut sebuah analisis internal yang dilakukan oleh Nexvibe terhadap puluhan proyek yang telah mereka kerjakan, ditemukan bahwa tim yang menggunakan component library internal yang sudah matang dan teruji bisa mempercepat proses pengembangan frontend secara keseluruhan hingga 40% dibandingkan dengan proyek-proyek yang dibangun tanpa sistem komponen yang terstruktur.
  • Onboarding Developer Baru Menjadi Sangat Mudah: Ketika seorang developer baru bergabung dengan tim, ia tidak perlu lagi pusing mencoba memahami ribuan baris kode yang saling terkait di puluhan halaman. Tugas pertamanya adalah mempelajari "katalog" atau "lemari" komponen yang sudah ada. Begitu ia paham cara menggunakan "balok-balok LEGO" yang tersedia, ia bisa langsung menjadi produktif dan mulai ikut merakit halaman-halaman baru.

Kenapa Hasilnya Jadi Jauh Lebih "Keren"? (The Quality & Consistency Argument)

Outfit thrift yang bagus bisa membuat penampilan lo terlihat unik dan keren. Begitu pula dengan komponen.

  • Konsistensi Desain yang Terjamin: Ini adalah surga bagi para desainer UI/UX. Karena semua tombol, semua kartu, semua form input di seluruh aplikasi menggunakan satu komponen induk yang sama, maka dijamin 100% bahwa semuanya akan terlihat dan berfungsi dengan cara yang sama persis. Ini menciptakan sebuah pengalaman pengguna yang kohesif, profesional, dan bisa diprediksi.
  • Kualitas Kode dan Pengujian yang Lebih Tinggi: Alih-alih mencoba menguji puluhan tombol yang berbeda di berbagai halaman, tim bisa memfokuskan energi mereka untuk menguji dan menyempurnakan satu komponen <Button /> hingga kualitas kodenya maksimal, bebas bug, dan memenuhi semua standar aksesibilitas.
  • "Single Source of Truth" (Satu Sumber Kebenaran): Ingat masalah perubahan warna tombol tadi? Di dunia komponen, masalah itu selesai dalam hitungan menit. Desainer dan developer hanya perlu mengubah properti warna di satu tempat: file komponen <Button />. Begitu perubahan itu disimpan, ia akan secara otomatis teraplikasi ke ratusan atau ribuan tombol yang ada di seluruh penjuru website atau aplikasi.

Kenapa Ini Jauh Lebih "Sustainable"? (The Maintenance & Scalability Argument)

Thrifting itu sustainable karena memperpanjang umur pakaian. Komponen itu sustainable karena memperpanjang umur dan kesehatan dari sebuah codebase.

  • Perawatan yang Jauh Lebih Mudah: Menemukan dan memperbaiki bug menjadi seperti mencari jarum di dalam sebuah kotak kecil, bukan di tumpukan jerami. Jika ada masalah pada tombol, developer tahu persis harus melihat ke mana: file komponen <Button />.
  • Skalabilitas Tanpa Rasa Pusing: Saat sebuah bisnis berkembang pesat dan perlu membuat puluhan atau ratusan halaman baru (misalnya, untuk kampanye marketing atau ekspansi produk), prosesnya menjadi sangat cepat dan tidak menakutkan. Kenapa? Karena 80% dari "bahan bangunan" yang mereka butuhkan sudah tersedia dan siap pakai di dalam component library mereka.

Quote dari Seorang Principal Engineer

Dira Anjani, seorang Principal Engineer di sebuah perusahaan teknologi terkemuka, seringkali menekankan hal ini kepada para juniornya:

"Kode yang baik itu bukan cuma kode yang bisa berfungsi dengan benar hari ini. Kode yang hebat adalah kode yang masih mudah dipahami, diperbaiki, dan diperluas oleh orang lain (atau oleh diri Anda di masa depan yang sudah lupa) dua tahun dari sekarang. Filosofi reusable components memaksa kita untuk berpikir secara modular dan jangka panjang sejak hari pertama. Ini adalah sebuah investasi untuk kewarasan mental kita di masa depan."

Studi Kasus: "Lemari Digital" di Dunia Nyata

Kasus 1: Sistem Desain "Material Design" dari Google

Google, sebagai sebuah raksasa teknologi, menghadapi masalah konsistensi yang masif. Mereka memiliki ratusan produk yang berbeda, mulai dari Gmail, Google Maps, hingga Google Drive, yang dikembangkan oleh ribuan engineer yang berbeda. Bagaimana cara mereka memastikan semua produk ini tetap terasa seperti berasal dari "keluarga" yang sama? Solusinya adalah dengan menciptakan Material Design, sebuah design system yang sangat komprehensif. Ini bukan hanya sekadar panduan desain, tapi juga menyediakan sebuah component library siap pakai untuk para developer, memastikan bahwa setiap tombol, setiap kartu, dan setiap ikon di seluruh ekosistem Google memiliki tampilan dan nuansa yang konsisten.

Penerapan Component-Driven Development (CDD) di Nexvibe

Di Nexvibe, pendekatan Component-Driven Development (CDD) telah menjadi standar baku dalam setiap proyek Frontend Development. Mereka tidak memulai dengan membangun halaman, mereka memulai dengan membangun komponen. Mereka menggunakan tools canggih seperti Storybook. Tool ini menciptakan sebuah "etalase" atau "ruang pamer" terisolasi untuk setiap komponen UI.

Ini memungkinkan para developer frontend untuk membangun dan menguji setiap komponen (misalnya, sebuah form pencarian yang kompleks) secara terpisah, bahkan sebelum bagian backend dan API-nya siap. Di saat yang sama, para desainer UI/UX dan manajer produk bisa langsung melihat, berinteraksi, dan memberikan feedback pada setiap "balok LEGO" tersebut di dalam Storybook. Proses yang transparan dan terisolasi ini terbukti secara drastis mengurangi tingkat miskomunikasi antara tim desain dan tim engineering dan memastikan kualitas setiap komponen sebelum mereka dirakit menjadi sebuah halaman yang utuh.

Kesimpulan: Jadilah Developer yang "Stylish" dan "Hemat"

Bro, filosofi reusable component telah secara fundamental mengubah wajah Software Engineering. Sama seperti thrifting yang menawarkan sebuah cara berbusana yang lebih hemat, lebih personal, dan lebih berkelanjutan, component-based development menawarkan sebuah cara untuk membangun produk digital yang jauh lebih efisien dalam waktu dan biaya, jauh lebih berkualitas tinggi dan konsisten, serta jauh lebih mudah untuk dirawat dan dikembangkan di masa depan.

Ini adalah sebuah pergeseran mindset yang krusial. Dari mindset seorang "tukang jahit" yang merasa bangga karena mengerjakan semuanya dari nol, menjadi mindset seorang "arsitek" atau "fashion stylist" yang kecerdasannya justru terletak pada kemampuannya untuk secara kreatif merakit dan mengkombinasikan "balok-balok bangunan" atau outfit-outfit keren yang sudah ada.

Jadi, ini tantangan buat lo. Baik lo seorang developer, desainer, atau bahkan seorang manajer produk. Coba lihat lagi proyek yang sedang lo kerjakan. Apakah masih ada banyak "jahitan" manual yang berulang-ulang? Apakah ada elemen-elemen visual yang bisa "diangkat" dan dijadikan sebuah "baju thrift" atau komponen yang bisa dipakai ulang oleh semua orang di tim lo?

Mulailah dari sesuatu yang kecil. Mungkin dari sebuah tombol. Atau sebuah kartu. Investasi waktu kecil yang lo lakukan untuk membuat satu komponen yang reusable hari ini akan menghemat puluhan, bahkan ratusan, jam kerja tim lo di masa depan. Ayo, mulai "thrifting" kode lo!